KABARPASUNDAN. ID -Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Institut Nahdlatul Ulama (INU) Tasikmalaya menggelar acara akad nikah sekaligus resepsi pernikahan di Kampus II Jl. dr. Soekardjo 47 Kecamatan Tawang, Kota Tasikmalaya, Senin (10/6/2024).
Pernikahan itu mempertemukan Keluarga besar Abdul Rijal Fajri dan Lida Nurlaela dari mempelai wanita asal Cibeureum dengan keluarga besar Farhan Zainudin dan Wulandari Anggraeni dari mempelai pria asal Cigalontang.
Raut wajah kebahagiaan terpancar dari Silmi Mohammad Alim dan Wipa Aryandin Parhatus Sa’adah saat duduk berdampingan di kursi pelaminan. Kebudayaan adat Sunda pun mengiringi jalannya prosesi sakral tersebut.
Kabar pernikahan dua insan ini pun cukup mengejutkan, bahkan tak sedikit yang di buat kaget. Pasalnya, tak banyak yang mengira mereka akan secepat itu mengikat janji sehidup semati.
“Saya ucapkan selamat kepada kedua mempelai ini. Jujur, saya dapat undangan itu langsung kaget. Beneran atau tidak kabar pernikahan ini,” kata Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi INU Tasikmalaya, KH. Anwar Nashori.
“Setelah undangan online itu dibuka, oh ternyata ini tugas kampus dari salah satu mata kuliah,” sambung Anwar sembari geleng-geleng kepala.
Menurutnya, Mahasiswa KPI telah berhasil mempertontonkan kebudayaan adat sunda dengan utuh dari awal sampai akhir.
“Memang mestinya begitu dan ini masuk kepada learning by doing,” ucap dia.
Kendati demikian, kata dia, ada yang harus lebih diingat oleh mahasiswa yaitu tentang spirit mahasiswa dalam menyampaikan pesan Dakwah.
Dia menjelaskan, yang namanya prosesi adat itu ada yang dirawat dan dibuat. Adat yang dirawat harus sesuai dengan nilai-nilai islam seperti sungkeman.
Sementara adat yang dibuat, setelah sungkem biasanya diselipkan do’a dari pengantin pria kepada pengantin wanita.
“Dalam proses ijab qobul biasanya ada wanita yang dihadirkan ada juga yang tidak. Itu menyesuaikan dengan syariat,” ungkapnya.
Lalu, Anwar menuturkan, kebudayaan adat sunda bisa dijadikan sebagai wahana dakwahnya mahasiswa.
Melihat potensi mahasiswanya cukup besar, dia memiliki ide untuk membentuk sebuah Wedding Organizer (WO) yang tentunya memiliki daya tawar dengan kualitas terbaik.
“Ini bisa jadi alat dakwah KPI ke depan, naikkan dulu WO-nya supaya lebih kuat, harus bisa menjadi privilage untuk KPI ke depan. Mudah-mudahan bukan hanya sebuah wacana tapi menjadi bagian dari pengenalan KPI ke masyarakat secara luas,” tuturnya.
Sementara Dosen Pengampu Bahasa dan Budaya Sunda Irfan Nugraha mengapresiasi keseriusan mahasiswa dalam mengerjakan tugas tersebut.
Bahkan dia berjanji akan memberikan nilai terbaik kepada semua mahasiswa yang kini duduk di semester IV itu.
“Saya sangat mengapresiasi keseriusan mahasiswa, mulai dari awal sampai akhir secara keseluruhan berjalan dengan baik dan lancar. Nilainya A+ lah,” ujar Irfan disambut riuh mahasiswa.
Kata dia, tradisi budaya sunda bukan hanya sebatas tontonan semata. Budaya Sunda memiliki nilai spiritual tinggi, ini menjadi kesempatan buat KPI muncul.
“Tentu ini menjadi kewajiban kita untuk menjaga dan melestarikan budaya sunda,” katanya.
Secara pandangan agama, adat pernikahan jadi salah satu dapur kehidupan. Baik dari segi kesenian, ekonomi dan yang lainnya.
Akad nikah, lanjut Irfan, merupakan sebuah perjanjian yang diagungkan antara manusia dengan sang pencipta melalui proses sakral atau ijab qobul.
“Dari awal kita saksikan, saya rasa ini bukan lagi praktek tapi lebih kepada nyatanya memang seperti ini,” imbuhnya.
“Mudah-mudahan kita tidak berhenti disini, tapi ini menjadi awal untuk kita lebih membesarkan nama KPI INU Tasikmalaya,” tandasnya.